Waaahh, gak nyangka, FF setahun yang lalu, dengan main cast Tim Hwang, yang sebenernya gue juga udah lupa sama jalan ceritanya, ternyata ada yang baca dan minta lanjutannya 😀
Well, makasih ya, udah mau baca. Ternyata imajinasi gue gak terbuang percuma 🙂 Kali ini gue mau posting lanjutan ceritanya, yang sebenernya udah gue tulis sejak setahun yang lalu, cuma belum di posting di blog ini muehehe
Oke, langsung aja dibaca….
Title : Pretended Love
Main Cast : – Shin Jae In
– Hwang Young Min
Support Cast : – Lee Eun Koo
– Park Soo Jung
Genre : Romance Comedy
Length : Continue
Rating : PG-15
Author : Kim Eun Mi a.k.a Muthisuju
Soundtrack (?) : Tim Hwang – Nae Maeum Sayong Seormyunsuh (Explanation For Using My Heart)
Author mau ngebacot bentar yak xD
Akhirnya~ part 4 ini berhasil diposting ^0^ sebenernya author mau ngepost tadi siang, tapi laptop author lagi mogok beroperasi (?) TT-TT #author malah curhat
Bagi yang penasaran sama lanjutan ceritanya, silakan dibaca baik-baik ya ^^ *lho??* Inget, Tim Hwang teteplah Tim Hwang (?) sementara Shin Jae In hanya tokoh khayalan author semata…Kalian boleh menganggap diri kalian sebagai Shin Jae In 😀 whahahahaha
======================================================================
BERSULANG!!!
TRIIING!!!
Dentingan gelas yang saling beradu kini mulai mendominasi. Seperti biasa, jika telah melakukan sesuatu yang ‘melelahkan’ manajemen Young Min dan para staf akan berkumpul untuk makan, dan tentunya juga minum bersama. Sebuah ritual wajib yang harus mereka jalankan. Mungkin mereka beranggapan bahwa makan dan minum bersama setelah melakukan sesuatu yang ‘besar’ ataupun disaat mendapatkan kebahagiaan adalah ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan. Dan sepertinya tak hanya Young Min beserta manajemennya saja yang melakukan ritual ini, selebritis papan atas Korea lainnya juga melakukan hal yang sama. Sebut saja BoyBand fenomenal Super Junior. Mereka akan mengadakan makan malam bersama saat memenangkan beberapa award, seperti GDA. Ya, tampaknya hal ini adalah tradisi yang tak mungkin dihilangkan begitu saja.
Pada ‘perayaan’ kali ini hampir semua staf dan orang-orang dari manajemen Young Min yang ikut serta. Termasuk Lee Eun Koo. Seorang pria awal tiga puluhan yang bertindak sebagai manajer pribadi Young Min, sekaligus merangkap sebagai ‘kakak’ bagi artis tenar itu. Selain Eun Koo dan para staf, disana juga hadir Young Min sendiri –sebagai bintang utama- dan Jae In, yang entah apa alasannya juga diajak dalam ‘perayaan’ tersebut.
Merasa canggung dengan keadaan sekitar, Jae In lebih memilih untuk menyendiri di bagian sudut. Ia membawa sebuah botol air mineral, karena memang seumur hidupnya Jae In belum pernah meneguk alkohol. Hal ini untuk jaga-jaga saja. Siapa tahu ditengah-tengah acara nanti seseorang akan menyuruhnya meminum segelas soju. Dengan sebotol air mineral ini setidaknya Jae In bisa berkilah kalau ia telah mempersiapkan minumannya sendiri. Ya, meskipun terdengar sedikit aneh, namun Jae In berharap orang-orang itu akan percaya terhadap alibinya.
TRIIING
Gelas-gelas itu kembali beradu. Kali ini agak berbeda, karena hampir semua staf termasuk Eun Koo mulai meracau tak karuan dengan wajah yang memerah. Entah apa yang mereka ucapkan satu sama lain. Mungkin saja mereka sedang mengeluhkan kualitas soju yang akhir-akhir ini mulai menurun. Atau, mungkin mereka saling memaki satu sama lain? Tapi tampaknya hubungan diantara mereka baik-baik saja. Malah ada beberapa orang staf yang saling berangkulan dan tergelak bersama. Membuat Jae In bergidik ngeri melihat mereka berangkulan seperti itu.
Jae In mengedarkan pandangannya ke sekitar. Mencoba untuk mengawasi situasi. Siapa tahu ada fans Young Min yang meletakkan sebuah bom disekitarnya karena tidak terima kalau Young Min kini telah menjadi kekasihnya. Meskipun hanya pura-pura.
Jae In baru menyadari kalau saat ini mereka tengah berada di sebuah warung tenda pinggir jalan yang luasnya tak lebih dari 8×6 meter. Suatu peristiwa yang janggal. Setidaknya itulah yang Jae In pikirkan saat ini. Seorang selebritis papan atas Korea mengadakan pesta perayaan bersama manajemennya di sebuah warung pinggir jalan? Bagaimana bisa? Setidaknya, dalam bayangan Jae In, mereka akan mengadakan pesta berkelas di sebuah hotel berbintang. Atau paling tidak mereka akan menyewa sebuah restoran mewah dan memesan menu-menu termahal yang ada di restoran itu. Tapi sekarang? Lihatlah warung tenda ini. Berdasarkan ukurannya, warung ini hanya sanggup untuk memuat sekitar tiga puluhan orang. Ditambah lagi dengan meja bundar dan bangku-bangku itu. Sangat tidak ‘sepadan’ dengan kehidupan glamour yang sehari-hari Young Min lakoni. Apa yang anak itu pikirkan? Ia selalu mengeluh akan popularitasnya yang sewaktu-waktu bisa jatuh jika ia tak bisa menjaga sikap. Tapi nyatanya? Apa ia pikir para wartawan tak bisa mengikutinya hingga tempat ini? Bagaimana jadinya jika wartawan memergoki mereka yang tengah menenggak sebotol soju dan mengunyah daging panggang di warung tenda pinggir jalan seperti ini? Bisa-bisa wajahnya akan menghiasi halaman terdepan disetiap Koran yang ada di negeri ini! Aish! Hwang Young Min! Apa sih yang ada dalam benak pria itu?
“Young Min-a! Chukkaeyo. Kini kau telah memiliki seorang kekasih” Eun Koo, yang kini telah kehilangan kesadaran mulai meracau dengan mulut yang mengeluarkan aroma alkohol. Diraihnya leher Young Min, yang membuat pria itu refleks menjauhkan wajahnya, karena tak tahan dengan bau alkohol. Young Min berusaha untuk tampak biasa dengan perlakuan manajernya. Meskipun hatinya menjerit untuk segera meninggalkan tempat itu.
“Young Min-a!” Kali ini Eun Koo memperdekat jaraknya dengan Young Min. Semakin dekat. Bertambah dekat. Dan…
BRAAAKK
Young Min menghempaskan tubuh Eun Koo ke meja bundar yang dipenuhi oleh botol-botol soju. Ia sudah tak tahan lagi dengan bau alkohol yang menguar dari mulut Eun Koo. Belum lagi dengan racauan Eun Koo yang tak jelas itu. Apa? Memangnya ia dan Eun Koo adalah sepasang kekasih? Racauan Eun Koo barusan seperti racauan seorang wanita yang ditinggal pergi oleh kekasihnya! Tentu saja Young Min tidak terima akan hal itu. Walau bagaimanapun, Young Min masih tergolong pria yang sangat normal!
Merasa ‘daerah’ itu sudah tak aman lagi, Young Min pun beranjak pergi meninggalkan Eun Koo yang tengah terkapar dan tak sadarkan diri. Ia berjalan dan mencari-cari bangku lain yang masih kosong hingga matanya menangkap sosok seorang gadis yang tengah menyendiri di sudut tenda. Siapa lagi kalau bukan Shin Jae In. Kini gadis itu tengah mengerucutkan bibirnya dan memutar-mutar botol air mineral yang ia bawa. Jae In merasa sedikit kecewa karena tak ada satupun staf yang menyadari keberadaannya. Sementara Young Min yang merasa menemukan ‘mainan’ menarik, mulai mendekati Jae In dan duduk berhadapan dengan gadis itu.
“Yaa~ kau kenapa? Kau tidak senang berganti status menjadi kekasih seorang selebriti?” Young Min tersenyum simpul mendengar ucapannya sendiri. Dalam bayangannya, setiap gadis di Korea ini pasti bahagia sekali jika menjadi kekasihnya. Tapi kenapa Shin Jae In tidak merasa begitu? Apa gadis ini mempunyai kelainan? Apa ia tidak menyukai laki-laki?
“Apa? Senang katamu?”
“Tentu saja. Banyak gadis di negeri ini yang ingin menjadi kekasihku. Dan kau beruntung bisa menempati posisi itu. Seharusnya kau bersyukur Shin Jae In ssi” Young Min merasa bangga karena telah memberikan posisi itu pada Jae In. Tidak ada gadis yang akan menolak posisi itu, bukan?
“Kau pikir menjadi kekasihmu itu seperti lowongan pekerjaan yang bisa diisi oleh siapa saja? Begitu? Cih, kupikir kau akan lebih selektif dalam hal percintaan. Tapi ternyata kau sama saja dengan laki-laki lain”
Ups! Jae In baru menyadari perkataannya barusan yang bisa saja menyulut amarah Young Min. Ia segera membekap mulutnya dan tertunduk malu karena telah menyamakan Young Min dengan laki-laki kebanyakan. Sementara subjek yang barusan ia maki hanya menatapnya dengan tajam. Mungkin saja perkataan Jae In begitu menusuk hingga ke tulang dan membuat Young Min benar-benar marah!
“Kau!!” Jae In terkaget mendengar bentakan Young Min. Ia segera mengangkat wajahnya dan menatap Young Min dengan wajah yang memelas. Seperti adegan dalam drama yang selalu ia tonton, seorang pria akan luluh jika melihat wajah memelas dari seorang gadis. Entah pria itu kasihan atau malah merasa jijik karena ditatap seperti itu.
“Berapa umurmu?!”
“Ne?” Jae In masih belum sadar dari lamunannya. Ia yang tadinya membayangkan akan dibentak habis-habisan oleh Young Min, kini semakin bingung dengan pertanyaan dari pria itu. Apa? Young Min menanyakan berapa umurnya? Untuk apa? Sejenak pikiran Jae In melayang ke beberapa tahun yang lalu. Saat ia masih duduk di bangku SMA. Saat itu ia mendapat materi bahwa seorang gadis yang telah menginjak usia 18 tahun sudah diperbolehkan untuk menikah. Astaga!! Jangan-jangan Young Min akan mengajaknya menikah untuk meredam gosip ini selamanya?? Jae In menampar-nampar pipinya pelan, berharap ia segera tersadar dan kembali pada pikiran normalnya.
“YAA! Aku bertanya berapa umurmu?!”
“A-a-aku 22 tahun!! W-waeyo?” Jae In menjawab dengan refleks. Siapa sangka kalau Young Min akan membentaknya seperti itu.
“APA?? DUA PULUH DUA TAHUN?? Bagaimana bisa kau menggunakan banmal terhadap orang yang 3 tahun lebih tua darimu?!” Kali ini Jae In benar-benar tak mengerti dengan arah pembicaraan Young Min. Apa maksudnya? Banmal?? Dan, siapa orang yang 3 tahun lebih tua itu?
“Cih, setidaknya kau menggunakan bahasa yang formal terhadapku. Aku ini 25 tahun dan kau masih 22 tahun. Apa kau ketiduran saat pelajaran tata krama? Seharusnya kau bersikap sopan terhadapku!”
DHEG!
Jae In serasa diserbu oleh ribuan pedang yang menghujam tepat di hatinya. Ia tak menyangka kalau Young Min akan mengungkit-ungkit soal usia dan sama sekali tak memarahinya karena ia telah membanding-bandingkan Young Min dengan pria lain. Logikanya, seorang pria akan marah jika disbanding-bandingkan seperti itu, kan?
“Bu-bukan begitu. Aku hanya ingin terlihat lebih akrab saja. Hehehe” Jae In memaksakan sebuah senyuman yang tampak konyol. Dihadapannya, Young Min tengah duduk dengan tangan yang terlipat di dada. Seperti seorang mafia yang tengah menginterogasi sasarannya.
“Panggil aku oppa” Ujar Young Min santai sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Perasaan hangat menyusup ke dadanya, mengalahkan dinginnya udara di sekitar warung tenda itu. Diliriknya Jae In sekilas. Kini gadis itu tengah terperangah dengan ekspresi wajah yang lebih mirip ‘badut’. Mungkin Jae In menganggap bahwa Young Min telah terserang penyakit langka yang belum bisa di deteksi. Bagaimana mungkin ia memanggil Young Min dengan sebutan ‘oppa’?
“W-waeyo?” Jae In berusaha meyakinkan perasaannya. Semoga saja Young Min hanya bercanda dengan ucapannya barusan.
“Apa susahnya memanggilku oppa?”
“Aku tidak mau!” Jae In menjawab secepat ia memikirkannya. Membayangkannya saja ia sudah mual, apalagi benar-benar memanggil Young Min dengan sebutan oppa. Lebih baik ia membantu para petani bercocok tanam daripada harus melakukan hal yang menjijikkan seperti itu.
“Kenapa?”
“Pokoknya aku tidak mau!”
“Kau kan lebih muda dariku! Jadi wajar kalau aku menyuruhmu memanggilku dengan sebutan oppa!”
“Pokoknya tidak mau! Tidak mau! Tidak mau! Tidak mau!”
“Aish! Anak ini benar-benar!!…” Young Min menghentakkan kakinya dan segera berdiri dari posisinya semula. Ia menatap Jae In sejenak sebelum berlalu meninggalkan warung tenda itu. Jae In hanya bisa menatap punggung pria itu yang kini tengah mengacak-acak rambutnya. Jae In merasa sedikit bersalah karena sudah bersikap tak sopan terhadap Young Min yang jelas-jelas lebih tua darinya. Tapi, ada alasan apa kalau Young Min tiba-tiba menyuruhnya memanggil oppa? Memangnya mereka sudah sedekat itu hingga harus memiliki sebuah panggilan ‘khusus’?? Jae In masih bertanya-tanya tentang apa yang ada dalam benak Young Min, sampai suara dentingan gelas-gelas yang beradu kembali terdengar. Astaga!! Ternyata para staf itu masih melanjutkan aktifitasnya. Kini, belasan botol soju telah berserakan di atas meja, berbagi tempat dengan tumpukan daging yang siap untuk di panggang. Sepertinya Jae In harus menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu. Sekarang ia harus memikirkan bagaimana caranya menyadarkan orang-orang itu!
=====================================================================
To Be Continue….
Well, part 4 nya cuma sampai disini. Masih ada lanjutannya kok, jadi kalo ada yang mau baca atau penasaran sama lanjutannya, jangan sungkan buat ngingetin gue. Soalnya gue tipikal orang yang sedikit pelupa dan banyak mood-nya *apa ini*
Pokoknya, ingetin gue yaa, biar gue bisa nulis lanjutannya sesegera mungkin 😀